Hari Minggu MIsi

MEMAHAMI HARI MINGGU MISI SEDUNIA
Benny Obon
Belajar pada Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero
Cru KMKL – tinggal di wisma St. Rafael
beny_obon@rocketmail.com

Pada tanggal 19 Oktober 2008 yang lalu Gereja katolik sejagat merayakan hari Minggu misi sedunia. Kegiataan misi Gereja dewasa ini dilatarbelakangi oleh semangat dialog yang tertuang dalam beberapa dokumen Konsili Vatikan II. Gereja universal melihat orang/agama lain sebagai mitra dialog Allah di dunia. Semangat dialog juga didorong oleh teladan St. Paulus yang setia dan berani mewartakan Injil kepada orang dari latarbelakang berbeda. Misi dialog gereja dalam konteks Indonesia dapat menumbuhkan kerukunan antarpemeluk agama, sehingga misi Yesus untuk mendamaikan dunia dapat terwujud.
Adagium Extra Ecclesiam Nulla Salus yang dulu dihidupi Gereja membuat Gereja mempunyai cara pandang yang negatif terhadap orang lain. Selama beberapa abad Gereja bergerak dengan cara pandang yang sempit tersebut. Pada abad ke-16 muncul proposisi baru dalam Gereja yang dipajarkan oleh kaum Jansenist bahwa Extra Ecclesiam Nulla Gratia – diluar gereja tidak ada rahmat. Tetapi, pada tahun 1713, Paus Clemens XI mengutuk adagium tersebut.
Sejak saat itu Gereja mulai membuka mata dan melihat orang/agama lain sebagai mitra dialog Allah dalam membangun suatu dunia yang aman, damai, dan tenang. Perubahan sikap Gereja ini berpuncak pada Konsili Vatikan II. Di sini Gereja menyadarai bahwa misi dialog merupakan suatu kebutuhan fundamental dan Gereja merasa terpanggil untuk bekerja sama dalam berbagai bentuk kehadirannya melalui respek dan cinta terhadap semua orang.
Dalam Konsili Vatikan II, Gereja secara khusus berbicara tentang eksistensinya di tengah orang/agama lain yang tertuang dalam beberapa ensiklik tentang misi Gereja. Ensiklik Paus Yohanes Paulus II Redemptoris Missio berbicara tentang karya khusus misioner, bahwa Gereja ditanam di tengah-tengah bangsa di mana Gereja belum berakar. Gereja berusaha mengutus para pewarta sampai ia tumbuh dan mandiri. Ensiklik ini melihat pentingnya karya misi bagi setiap anggota Gereja yang pada dasarnya misioner. Pesan utama yang mau disampaikan Ensiklik ini adalah tugas perutusan Gereja ke seluruh dunia yang mesti dilihat sebagai prioritas utama. Dalam Ensiklik ini ada kegiatan misioner yang disebut perutusan kepada para bangsa (missio ad Gentes).
Dekrit tentang karya misioner Gereja ad Gentes menegasakan bahwa kegiatan misi merupakan hakikat Gereja itu sendiri. Ad Gentes merumuskan karya misioner Gereja sebagai usaha yang dilakukan para pewarta Injil yang diutus Gereja ke seluruh dunia untuk mewartakan Injil dan menanamkan Gereja di antara orang-orang yang belum percaya pada Kristus. Ensiklik ini membedakan tiga jenis karya misioner Gereja, yaitu karya pastoral yang ditujukan bagi orang katolik, karya ekumenis bagi orang non katolik, dan karya misioner bagi orang non kristen.
Sementara itu Paus Paulus VI dalam Ensiklik Ecclesiam Suam (1964) berbircara tentang dialog yang mesti dikembangkan Gerteja dewasa ini. Almarhum, Paus Yohanes Paulus II menekankan misi dialog sebagai panggilan Gereja. Dalam lawatannya ke berbagai negara, beliau menegasakan bahwa misi dialog dewasa ini merupakan dialog penyelamatan. Sikap terpuji Sri Paus ini menggambarkan sikap Gereja universal tentang pentingya misi Gereja dalam dialog.
St. Paulus Sebagai Contoh Model Misi
Misi Gereja bergerak dengan model-model tertentu yang menggambarkan berbagai cara Gereja melihat objek misinya. Model misi di sini berkaitan erat dengan situasi konkret objek/sasaran misi. Mengenal objek misi dengan baik memudahkan Gereja untuk bermisi, dengan demikian misi Gereja mengakar dan kontekstual (menyentuh kehidupan orang dari budaya, agama dan ras berbeda).
St. Paulus telah menunjukkan suatu model misi yang baik kepada Gereja. Baginya misi merupakan suatu tugas yang mendesak dan penting untuk mewartakan janji kehidupan dalam Kristus (2 Tim 1:1).
Berkenaan dengan tahun Paulus ini, Gereja katolik khususnya Indonesia, mesti melihat misi sebagai kebutuhan dengannya para agen misi dapat bergerak mewartakan Injil. St. Paulus telah mengingatkan bahwa mewartakan Injil bukanlah alasan untuk memegahkan diri (1 Kor 9:16), melainkan suatu tugas dan kegembiraan. Mewartakan Injil membutuhkan keberanian. Oleh karena itu, Gereja Indonesia mesti berani benar-benar hadir serta menunjukkan diri sebagai tanda kehadiran Kristus di tengah agama-agama lain. Gereja mesti tampil sebagai menara yang tinggi dengan mercusuar cinta kasih di tengah realitas keberadaannya yang minoritas.
Sri Paus Bennediktus XVI dalam pesannya pada hari Minggu Misi sedunia menegaskan bahwa meskipun kegiatan misi mengalami kesulitan karena kekurangan imam, namun amanat untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa tetap menjadi prioritas. Sri Paus mengharapkan perayaan hari Misi sedunia dapat mendorong umat katolik untuk mewartakan Injil.
Tema hari Minggu Misi sedunia “Menjadi pelayan dan rasul Yeus Kristus” diangkat karena semakin mendesaknya tugas utuk mewartakan Injil. Semua orang yang dibaptis dipanggil untuk menjalani tugas misioner, dalamnya mereka menjadi pelayan dan rasul Yesus Kristus. Dengan demikian misi Gereja untuk mewartakan Injil menjadi bagian dari hidup umat katolik di seluruh dunia.*

0 komentar: