PERGINYA SANG TEOLOG (Mengenang kepergian P. Dr. Yosef Suban Hayon, SVD)

Benny Obon
Mahasiswa semester IV STF Ledalero

Manusia berrencana tetapi Allah yang menentukan. Mungkin sepenggal kebijaksanaan ini cocok untuk konteks ambang batas: kematian. Ketika berhadapan dengan realitas kematian berbagai reaksi muncul dalam diri kita. Berbagai pertanyaan, rasa putus asa muncul sebagai tanda ketidakpuasan. Pengalaman ini selalu mewarnai hidup kita ketika kita menghadapi peristiwa kematian.
Kematian adalah peristiwa yang menyakitkan karenanya sulit diterima. Menerima kematian adalah hal yang cukup aneh dalam budaya kita, karena setiap orang selalu mencintai kehidupannya dan berjuang untuk hidup. Dan, in se-nya manusia selalu ingin dan berusaha untuk hidup. Demikian halnya dengan P. Yosef Suban Hayon, SVD.
Ia selalu ingin hidup dan merayakan kehidupan dalam dan dengan berbagai karyanya. Beliau adalah seorang yang mencintai kehidupan dan selalu berefleksi tentang kehidupan. Ia mewartakan tentang hidup dan kehidupan. Ia berteologi tentang kehidupan. Kehidupan menjadi sentral refleksi filosofis-teologisnya. Kehidupan membuatnya belajar dan bergumul tentang makna hidup sampai ia dipanggil dari hidup itu sendiri. Ia berkarya untuk hidup di tengah kehidupan untuk mewartakan Sang hidup agar yang hidup mengenal hidup, mencintai hidup, menghargai hidup, dan mengenal Sang pemberi hidup. Yang ada ada karena hidup, yang hidup hidup untuk menghidupi dan menghayati hidup itu sendiri. Semuanya dari hidup, oleh hidup dan untuk hidup. Lalu apa yang terjadi jika kehidupan seseorang sudah berakhir. Inilah yang tengah dialami oleh komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.
Pada hari Jumat 8 Mei 2009 komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dikejutkan dengan berita meninggalnya P. Dr. Yosef Suban Hayon, SVD. Semua anggota komunitas yang merindukan beliau sehat seakan tidak menerima kenyataan tersebut. Anggota komunitas hanya ingin melihat dan menjemput beliau pulang dalam keadaan sehat. Namun, sebagai komunitas yang mencintai kehidupan dan selalu berefleksi tentang kehidupan, Seminari Tinggi Ledalero harus berkecil hati dihadapan kuasa Sang pemberi hidup – Dia yang memberi, Dia pula yang mengambilnya.
Pendidik Yang Bijaksana
P. Dr. Yosef Suban Hayon, SVD adalah seorang imam sejati yang telah mengisi dan menghabiskan waktu hidupnya dalam dunia pendidikan (sebagai dosen). Ia telah mendedikasikan dirinya dalam mendidik dan membentuk para calon imam dan awam yang baik. Sebagai seorang pendidik, ia selalu menunjukkan hal yang terbaik yang akan menjadi kekuatan dan modal bagi anak didiknya.
Pembawaannya yang sederhana, jujur dan terbuka menjadikan ia sebagai seorang pendidik yang cepat akrab dan mudah didekati. Keakraban yang ditunjukkan dalam setiap aspek hidupnya menjadikan segala proses kegiatan pendidikan berjalan lancar. Kelancaran dalam menjalankan tugasnya menjadikan seluruh dinamika hidupnya selalu diwarnai oleh senyum dan tawa.
Ia dikenal dengan semangat murah hati dan tekun dalam menjalankan tugasnya. Ketekunannya membuat ia selalu dicintai oleh setiap orang. Ketekunannya sebagai seorang pendidik dan rektor membuat seluruh anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero mencintainya.
Beratnya tugas yang ia emban selalu diimbangi dengan senyum dan perasaan gembira yang selalu ia tunjukkan dihadapan seluruh anggota komunitas. Ia dikenal sebagai seorang yang murah senyum dan menjadi sumber kegembiraan bagi sesama dalam komunitas. Keberadaannya di tengah komunitas menjadi sebuah anugerah dengan segala kepribadian yang turut memperkaya komunitas.
Sebagai seorang imam pendidik beliau menunjukkan sikap rendah hati dan mendengarkan orang lain. Sikap ini menunjukkan ia adalah seorang yang patut diteladani. Kesaksian hidupnya menguatkan anak didiknya. Ia pun selalu dicintai sebagai seorang bapak dan pendidik yang selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada para mahasiswa.
Di kalangan mahasiswa ia dikenal sebagai seorang yang bijaksana dan humoris. Kehadirannya di ruangan kuliah memberikan suasana yang penuh persaudaraan dan keakraban. Keakraban tersebut menjadikan beliau dicintai oleh para mahasiswa. Metode perkuliahannya yang khas di antara para dosen lain membuat mahasiswa tidak pernah bosan untuk mendengar kuliah-kuliahnya.
P. Yosef Suban Hayon, SVD juga dikenal sebagai seorang retorik yang ulung. Cara bicara, cara menyampaikan pendapat, cara menjelaskan, serta cara berkotbahnya yang menarik membuat banyak orang terpikat dan tertarik padanya.
Kemampuan retorikanya yang tinggi menjadikan pewartaannya mudah dimengerti dan diingat oleh umat. Pewartaannya yang selalu kontekstual dan selalu baru membawa umat untuk cepat mengenal dunia kehidupannya sendiri. Dengannya umat selalu merindukan pewartaan-pewartaannya yang selalu segar dan menghibur. Realitas kehidupan umat katolik yang kian hari kian pelik dilukiskannya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Cara pewartaannya yang demikian mengantar umat untuk merefleksikan tentang hidup dan mencintai kehidupan itu.
Gaya bahasanya yang berapi-api membakar semangat umat dan pendengarnya. Dengan cara demikian pewartaannya selalu hidup, umat pun selalu ingin mendengarkan kotbah-kotbahnya. Seluruh pewartaannya selalu dipadukan dengan semangat hidupnya. Pembawaannya yang tenang dan sederhana serta kedekatannya dengan orang-orang kecil dan sederhana membuat ia cepat dikenal di dalam masyarakat. Ia sungguh menginternalisasikan nilai-nilai kesederhanaan yang menjadi ciri khas spiritualitas serikat SVD dalam keseharian hidupnya.
Sebagai seorang rektor beliau menanggung beban yang berat. Tanggung jawab Seminari Tinggi Ledalero berada di pundaknya. Beratnya beban yang ia tanggung sepertinya tidak nampak karena ia selalu menghadapi tugasnya dengan senyum. Sifat humoris yang terkandung dalam dirinya mengalahkan beban yang ia tanggung. Ia menghadapi segala tugas dengan senang hati dan selalu bergembira di hadapan berbagai tugas yang selalu menunggunya.
Sebagai seorang rektor ia menjadi bapak bagi seluruh anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero. Teladan hidup yang ditunjukkannya menjadi panutan dan cerminan bagi setiap anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero. Ia selalu rendah hati untuk mencintai para anggota komunitas dengan berbagai watak dan karakter yang mereka miliki. Kemampuannya menghadapi para anggota komunitas menunjukkan bahwa beliau adalah seorang rektor yang mempunyai sifat kebapakan dalam dirinya. Sikapnya ini membuat ia sungguh dicintai dan dibanggakan oleh seluruh anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero.

Sang Teolog
P. Dr. Yosef Suban Hayon, SVD adalah seorang teolog. Ia peka melihat persoalan-persoalan kontekstual yang dihadapi umat. Kepekaannya tersebut membuat ia selalu gencar menyuarakan persoalan-persoalan kontekstual dalam hidup sehari-hari. Ia adalah seorang teolog Asia yang giat mengembangkan praktik dan cara berteologi yang khas Asia. Sebagai seorang teolog Asia ia sungguh mengenal seluk-beluk kehidupan umat Kristen di Asia.
Berbagai persoalan hidup dan masalah-masalah sosial yang dihadapi umat Kristen Asia direfleksikannya dalam keseluruhan hidupnya. Berbagai refleksi yang dibuatnya membawanya untuk membaca jejak dan sidik jari Allah di dunia secara Asia. Pergumulannya yang mendalam dengan realitas konkret dalam masyarakat membuat refleksi-refleksi teologisnya sangat mendalam dan sarat makna.
Berbagai refleksi teologis yang dibuatnya mengantarnya pada keputusan untuk mengembangkan satu bentuk cara berteologi. Karenanya ia pun memelopori pembentukan program studi magister teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Program S-2 Teologi ini lebih difokuskan pada teologi kontekstual. Teologi kontekstual berusaha merefleksikan berbagai persoalan kontekstual. Refleksi-refleksi tersebut dapat menjawab berbagai persoalan kontekstual yang dihadapi oleh umat Kristen.
Sebagai fundator program studi magister teologi pada STFK Ledalero, ia pun dipercayakan sebagai direktur program studi tersebut. Sebagai seorang direktur beliau bertanggung jawab atas proses perkuliahan. Dengan segala kerja kerasnya, program studi ini pun dapat berjalan dengan baik. Setiap tahun mahasiswa yang menempuh jalur S-2 pun meningkat. Itu berarti program studi magister teologi pada STFK Ledalero telah berhasil.
Keberhasilan program studi magister teologi di STFK Ledalero tidak terlepas dari kerja keras sang teolog. Keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa pater Yosef berhasil membawa berbagai refleksi terhadap problem kontekstual untuk didalami oleh para mahasiswa. Itu berarti akan semakin banyak orang yang berusaha untuk membantu umat Kristen dalam merefleksikan berbagai problem kontekstual yang mereka alami.
Merefleksikan berbagai persoalan kontekstual yang dihadapi umat Kristen menunjukkan bahwa Gereja Kristen peka dalam membaca realitas umat. Dengan demikian Gereja pun semakin bermasyarakat dan pada gilirannya Gereja menjadi tanda kehadiran Sang pemberi hidup. Gereja sebagai tanda kehadiran Allah, sekaligus menjadi tanda persekutuan umat Allah di dunia. Gereja menjadi tempat bagi umat Allah untuk meneguhkan diri dan saling menguatkan dalam hidup. Pewartaan-pewartaan gereja pun selalu kontekstual dan selalu bersumber dari realitas kehidupan umat. Dengan demikian pewartaan-pewartaan Gereja sungguh menghidupkan dan membebaskan umat. P. Dr. Yosef Suban Hayon, SVD tentu bangga dengan kemajuan tersebut.
Selain sebagai seorang teolog, P. Dr. Yosef Suban Hayon, SVD juga dikenal sebagai seorang yang selalu merespon suara perempuan korban kekerasan. Beliau pernah mengatakan “Walaupun saya ini tidak punya dasar tentang teori feminis atau teologi feminis, tetapi saya dengan sukarela terpaksa belajar, karena ini penting untuk diberikan dalam pendidikan/mata kuliah di seminari.” Ia menyumbangkan artikel dalam buku Memecah Kebisuan: Agama Mendengar Suara Perempuan Korban Keadilan, Respon Katolik (Komnas Perempuan, 2009).
Sebagai seorang yang merespon suara perempaun korban kekerasan, Pater Yosef menyoroti beberapa hal mengenai hubungan antara kekerasan terhadap perempuan dan agama. Pertama-tama dengan melihat locus terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Kedua, memaparkan bagaimana kekerasan terhadap perempuan dipahami oleh Gereja Katolik. Ketiga, bagaimana memaknai kembali keadilan bagi perempuan korban kekerasan. Dalam buku tersebut juga ia memberikan beberapa langkah konkret dalam mewujudkan keadilan bagi perempuan korban kekekaran.
Penghargaannya yang tinggi terhadap perempuan membuat beliau dikenang banyak orang. Oleh sebab itu layaklah segala ucapan terima kasih diberikan kepadanya atas berbagai jerih payah serta berbagai usaha yang dibuatnya dalam memajukan Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dan STFK Ledalero. Selamat jalan Pater, kami mencintaimu.*

0 komentar: