Menulis Berita

MENULIS FEATURES DAN BERITA

Benny Obon
Mahasiswa STF Ladalero
“Kau tahu megapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari…”(Pram, Bumi Manusia, 1980).

1. Menulis Features
MENULIS features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai, laporan penelitian, dsb. Ia tetap ditulis dengan menggunakan data atau referensi. Namun, ia sangat berbeda dengan berita lempang (hard news) di surat kabar. Features cenderung dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas si penulis terhadap peristiwa, situasi, namun opini penulis tidak pernah masuk didalamnya.
Features merupakan sebuah berita yang bersifat mengisahkan sesuatu kepada pembaca (berita kisah). Dalam bukunya Features Writing for Newspaper (1975), DR Williamson berujar, features ialah tulisan kreatif yang terutama dirancang untuk memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi, atau aspek kehidupan seseorang. Dengan demikian, features bisa dianggap tulisan yang lebih ringan dibandingkan dengan berita atau artikel opini. Kekhasan features terletak pada empat point:
@ Kreativitas (dalam hal menciptakannya),
@ Informatif (dalam hal isinya),
@ Menghibur (dalam hal gaya penulisannya), dan
@ Boleh subjektif (dalam hal cara penuturannya), serta tidak boleh memasukan opini penulis kedalamnya.

1.1. Jenis-jenis Features
Features yang ditulis di surat kabar sangat beragam. Setidaknya ada tiga macam features, yakni:
(1) features berita (news features): berita biasanya muncul bersamaan dengan terjadinya suatu peristiwa. Dalam hal ini, news features lebih membicarakan kejadian dari peristiwa tersebut dengan disertai proses timbulnya kejadian itu.
(2) feature ilmu pengetahuan (science feature): biasanya dikemukakan dengan cukup berbobot. Ciri tulisan ini ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan. Features jenis juga bisa kita baca di beberapa koran dan majalah, seperti Kompas, Intisari,Info Komputer dsb.
(3) features minat manusia (human interest features): yakni jenis features yang lebih banyak menuturkan situasi yang menimpa orang, dengan cara penyajian tulisan yang menyentuh hati dan menyentil perasaan.
Mengingat features itu pada dasarnya lebih mengandalkan pada tuturan kejadian, situasi, peristiwa, atau proses juga terjadinya suatu peristiwa, maka dalam menyajikan tulisan, features harus jelas dan juga logis (masuk akal). Selain itu, features janganlah bersifat menggurui dan sejenisnya. Diharapkan, penulisan features akan lebih menarik jika ia dibiarkan bercerita sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

1.2. Belajar Menulis Features
Menulis features pada intinya seperti menulis berita di surat kabar. Artinya, ia harus mengandung enam unsur berita, yakni: (1) What, (2) Who, (3) When, (4) Where. (5) Why, (6) How. Rumusan ini biasa disingkat menjadi “5W 1H”.


Seorang wartawan/penulis yang baik, setidaknya mesti melakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menemukan peristiwa dan jalan cerita,
2. Cek, ricek, dan triple cek jalan cerita,
3. Memastikan sudut berita (point of view),
4. Menentukan lead atau intro/bagian pembuka, dan
5. Menulis berita

1.3. Jenis-jenis Lead Features
Hubungan antara lead dan sudut berita memaksa reporter untuk memikirkan lead sejak masih di lapangan. Bahkan, penentuan lead di lapangan sangat membantu mengarahkan pengumpulan bahan. Di bagian ini akan kita coba uraikan 16 buah lead disertai contoh yang membantu.

1. Lead PASAK: Apakah yang menjadi gara-gara atau pelatuk peristiwanya? Misalnya, ada berita seorang Ibu yang putus asa karena ditinggalkan suaminya yang menikahi perempuan lain lagi. Nah, pelatuk peristiwa inilah yang akan menjadi lead.
Cth: Putus asa karena ditinggal suami yang kawin lagi, seorang Ibu tega menggantung tiga anaknya kemarin siang di Habi. Ketiga korban berumur 4, 6, dan 8 tahun itu masih berpakaian seragam sekolah lengkap.
2. Lead KONTRAS: Ada berita terpilihnya John sebagai ketua Pengurus Sepak bola Seluruh Indonesia cabang NTT di sebuah hotel mewah di Kupang. Padahal, John sedang berada di Maumere. Selama ini ia dikenal orang sederhana, tidak kaya, namun ia terpilih sebagai ketua PSSI cabang NTT.
Cth: Di Maumere, di kantor yang ber-AC, di balik meja tua yang sudutnya bekas terbakar, John menerima pemilihannya sebagai Ketua Pengurus Sepak bola Seluruh Indonesia cabang NTT. Berita itu disampaikan dengan telepon tadi malam dari Kupang, tempat pemilihan itu berlangsung.
3. Lead PERTANYAAN: Ada berita tentang pemberantasan minuman keras di beberapa kota.
Cth: Berapa botol moke-kah untuk memulihkan sebuah kebahagiaan? Imran (45) bukan nama sebenarnya, salah seorang peminum berat yang kepergok kemarin di salah satu bar Maumere, menjawab dua botol sekali minum, dua kali sehari, 25 hari sebulan. Ia seorang pengusaha yang sukses, tetapi seorang suami yang malang, menurut pengakuannya.
4. Lead DESKRIPTIF: Ada berita tentang gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta. Peristiwa itu terjadi akibat adanya pergeseran lapis kulit bumi.
Gedung itu masih mencakar langit sampai jam 14.35 kemarin, ketika tiba-tiba puncaknya gemetar, hanya satu menit, lalu retak kecil membelah dari atas sampai ke bawah. Tidak seorang pun penghuninya sempat berteriak, tahu-tahu gedung itu sudah berubah jadi puing berlepotan darah, korban gempa berkekuatan 6,8 skala Richter itu kehilangan sanak keluarga dan rumah tingggal.
5. Lead STAKATO: Ada berita tentang perebutan Piala Tommy dalam lomba balap mobil. Ada lima finalis yang dijagokan dalam ajang bergengsi itu.
Wus, wus, wus! Lima mobil balap serentak meraung. Kuning-merah-hijau-putih-hitam. Hayo, hayo, hayo! Penonton serentak berteriak dan berjingkrak. Laki-perempuan-tua-muda. Urutan warna tidak berubah. Finish! Mobil kuning sudah pasti menang setelah tikungan maut itu, kemarin sore di sirkuit Sentul.
6. Lead LEDAKAN: Seorang lelaki keriput bagai buah markisa tua tertatih-tatih di tengah peserta seminar hari Bapak kemarin di Maumere. Tiba-tiba sidang gempar. Lelaki itu menghamburkan serbuk merica ke seluruh ruangan, menyebabkan orang ramai bersin. Dengan itulah seminar resmi dibuka.


7. Lead FIGURATIF: Bagai siang memeluk malam, begitulah perkawinan Firman (27) dan Fiona (54) kemarin sore di Ruteng. Beda usia yang besar tampak tidak mampu membedakan, malah menyamakan keduanya.
8. Lead EPIGRAM (Ungkapan khas): Sudah diberi hati minta jantung pula. Seorang suami diancam cerai oleh istrinya di PN Kota Kupang kemarin pagi. Suami itu dituduh memperkosa anak tirinya, anak si istri dari perkawinan terdahulu, sementara istri membanting tulang dengan berjualan di pasar. Si suami menolak tuduhan. Katanya malah dirinya yang dipaksa oleh anak tirinya.
9. Lead LITERER: Kisah Si Kabayan terulang di Larantuka kemarin sore. Seorang lelaki muda dituduh oleh penduduk mencuri sapi. Lelaki itu membantah. Alasannya, dia hanya memungut tali jerami yang melintang di jalan. Bukan salahnya, kata lelaki itu, jika di ujung tali tersebut terikat seekor sapi.
10. Lead PARODI: Gara-gara terlalu bersemangat mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatan olahraga, rumah pun disatroni maling. Itulah yang menimpa keluarga X ketika seisi rumahnya, termasuk pembantu, meninggalkan rumah untuk lari di Krokowolon Minggu pagi.
11. Lead KUTIPAN: “Akan saya gebuk,” kata Presiden Soeharto kemarin di Boyolali, mereka yang mencoba mengganti presiden dengan cara-cara yang tidak konstitusional.
12. Lead DIALOG/PERCAKAPAN: “Betulkah Saudara mencuri sapi?”
“Tidak Pak Hakim. Saya hanya menarik tali. Eh, tahu-tahu ada anak sapi di ujungnya.” Begitulah dialog hakim dan tersangka kemarin siang di PN Larantuka.
13. Lead KUMULATIF: Lead kumulatif menyajikan peristiwa secara berurut, membawa pembaca sampai pada antiklimaks peristiwa.
Cth: Polisi menerima laporan seorang gadis di Kota Baru, Maumere kemarin sore. Konon di rumahnya ada cairan nitrogliserin, bahan pokok pembuat bom. Sepasukan polisi segera datang menggeledah kulkas, tempat cairan itu. Si gadis mengatakan, ia panik saat menerima botol itu dari temannya dan disuruh untuk melemparkannya pada siapa pun yang berani mengganggu. Ketika polisi menemukan dan memeriksanya, benda itu ternyata cuma lem.
14. Lead SAPAAN: Anakku, bagaimana kabarmu di sekolah? Apakah kamu senang belajar bersama teman-temanmu? Ah, tentu kamu senang belajar membaca, menulis, bermain di taman, dan sebagainya. Kisah berikut ini ternyata cuma mimpi bagi Tony, putra kedua bapak Kepala sekolah.
1.4. Langkah-langkah Menulis Berita
Setelah menentukan LEAD, kita perlu menginterventarisasi jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu JALAN CERITA dari PERISTIWA yang hendak Anda laporkan. Hasil investarisasi inilah yang perlu dibongkar pasang sampai terasa pas dengan JALAN CERITA yang ditemukan. Itulah pula yang jadi sub judul dari berita. Setelah merumuskan LEAD, kita mulai menata BADAN BERITA. Satu hal yang perlu diingat ialah tempatkanlah hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakang berita. Semakin kurang penting unsur inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya dalam berita. Inilah yang dikenal dengan cara PIRAMIDA TERBALIK.
Singkatnya, ada resep yang bisa Anda tuliskan sebagai berikut:
• Tulislah lead yang “bicara”, yang “bercakap”. Tulislah berita seperti layaknya Anda mengisahkannya secara lisan,
• Tulislah lead pendek, paling baik 30 kata, atau tiga baris ketikan,
• Bila pikiran mulai agak kacau ketika menulis, pilah-pilah lead Anda yang rumit itu dalam dua/tiga kalimat,
• Sebisa mungkin gunakanlah kalimat pernyataan yang sederhana. Usahakan tak lebih dari 20 kata.
• Gunakan kata-kata sederhana, bukan yang berkabut.
• Hindarkan kata-kata teknis, atau istilah asing yang kurang perlu,
• Usahakan kata-kata konkret, “Jangan katakan, tapi tunjukkan”,
• Sebanyak mungkin pakai kata kerja yang aktif, yang menggembarkan tindakan, gerak. Sebisa mungkin hindari kata-kata sifat.
• Berkisahlah untuk pembaca, dan
• Berkisahlah seperti melukis.
Contoh-contoh Feature:
BELUM ADA JUDUL (1)***
Benny Obon,
Hembusan angin malam membelai wajah para penonton yang hadir dalam acara pementasan teater yang dibawakan oleh para mahasiswa STFK Ledalero di Maumere pada tanggal 28 oktober yang lalu. Para kaum muda dari berbagai sudut kota Maumere datang dan memadati area yang menjadi tempat pementasan teater berjudul ‘Belum Ada Judul’. Kehangatan udara pada malam hari yang menjadi kekhasan kota nyiur melambai itu membuat setiap penonton larut dalam alunan musik yang mengiringi acara pementasan teater.
Para penonton yang sebagian besar terdiri dari kaum muda itu bersatu dalam semangat nasionalisme melawan berbagai ancaman disintegrasi budaya, bahasa dan bangsa. Kaum muda yang berjiwa nasionalis itu sontak bersorak dan bersama-sama menyanyikan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” dengan penuh semangat. Trinold, yang menjadi master of ceremony dalam acara itu terus membakar semangat kaum muda dengan yel-yel kemerdekaan kaum muda: Merdeka! Merdeka! Hidup kaum muda! Para penonton yang ruapanya sudah tidak sabar menyaksikan acara teater itu pun membalas yel-yel itu dengan sorakan dan tepuk tangan. Tak ketinggalan juga komentar para penonton yang kedengaran ‘eskatologis’ yang mengundang para yang penonton lain larut dalam tertawa.
Para penonton yang sudah tidak sabar dengan penampilan kelompok teater semakin bersemangat ketika dua orang bintang yang mewakili Shalink Tana Puang Maumere membawakan sebuah lagu berjudul Berita kepada kawan. Lagu yang bertipe melankolis ciptaan Ebid G. Ade itu dinyanyikan dengan penuh improvisasi oleh kedua orang bintang yang tampak melankolis dan pragmatis tersebut. Kedua gadis itu menjadi representan kaum muda sekota maumere dalam acara memperingati hari sumpah pemuda yang ke-80 dan seabad hari kebangkitan nasional. Lagu yang dinyanyikan secara begantian oleh kedua gadis remaja itu mengundang siulan dan tepukan tangan yang meriah dari para penonton.
Acara pertunjukan teater dari mahasiswa STFK Ledalero yang disiarkan langsung oleh radio Sonia FM maumere itu dikemas sedemikian rapih sehingga dibawakan dengan sangat menarik. Kaum muda yang hadir pun enggan beranjak dan berpindah dari tempatnya. Kaum muda kota nyiur melambai yang mempunyai jiwa musik dan seni yang tinggi semakin bersemangat ketika Santi membawakan sebuah lagu dengan penjiwaan yang penuh. Gadis remaja yang menjadi salah satu bintang pada malam itu menyanyikan lagu yang bernafas nasionalisme dengan penuh ekspresif.
Acara pertunjukkan teater tersebut diselingi oleh berbagai acara dari kelompok wahana lingkungan hidup Indonesia (Wahli) cabang NTT. Wahli membawakan orasi yang membakar semangat para penonton. Dengan visi dan misi yang mulia mereka tampil dengan penuh semangat memaparkan kepeduliannya akan realitas lingkungan NTT sekaligus mengajak kaum muda Maumere untuk menaruh kepedulian terhadap kelestarian alam NTT umumnya dan Sikka khususnya. Pulau nusa bunga akan menjadi nusa gersang jika kita tidak menjaga kelestariannya. Kaum muda diajak untuk tetap menjdikan Flores sebagai pulau yang penuh dengan bunga. Dengan demikian nama flores yang pertama kali diberikan oleh orang Portugis kepada pulau berbentuk ular ini pun tidak hilang dari ingatan kita tetapi tetap mengabadikannya dalam ingatan kolektif kita.
Para penonton yang hadir tampak sangat tenang mendengarkan orasi para kelompok Wahli. Kaum muda dan siapa pun yang hadir pada malam itu bangga dengan keberanian beberapa orang anak SMP yang ikut memberikan orasi dan pernyataan kepeduliannya akan lingkungan. Pelajar SMP asal Larantuka tersebut sengaja datang untuk mengajak dan menyadarkan kaum muda Maumere untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Wahli mengajak segenap kaum muda untuk bersama-sama memerangi berbagai tindakan eksploitasi terhadap lingkungan karena akan merugikan generasi selanjutnya. Lingkungan mesti dilihat sebagai sahabat yang mesti dijaga dan dirawat, bukan untuk dieksploitasi.
Acara pementasan teater berjudul “Belum Ada Judul” yang menjadi puncak acara tersebut dihadiri juga oleh Sekretaris Daerah (Sekda) kabupaten Sikka yang mewakili unsur pemerintah daerah (Pemda) Sikka.
Berbagai realitas dan persoalan yang dihadapi bangsa kita dikemas dalam teater yang ditulis oleh Oston Gadi Kapo yang sekaligus menjagi pelaku utama dalam teater tersebut. Teater tersebut bersifar inkulturatif dan penulis sengaja memasukan unsur budaya kedalamnya karena bangsa kita adalah bangsa yang satu dengan pluralitas bahasa, dan budaya. Kesadaran akan pluralitas inilah yang membangkitkan semangat kaum muda untuk bersatu dalam sumpah pemuda. (bersambung).

BELUM ADA JUDUL (2)
Benny Obon,
Hari terus beranjak, malam pun tampak semakin pekat. Para penonton sedikitpun tidak tersusik dengan kegelapan malam yang terus bergeser menemui hari berikutnya. Malam seakan tak sabar dan tak terasa ia bergerak perlahan untuk menjumpai kekasihnya sang raja siang. Gesekan daun pohon mangga yang tumbuh dan berkembang dalam keheningan di taman itu menjadi musik alam yang mengiringi langkah para pelakon teater tersebut.
Jalanan tampak lengang dan sepi. Tak terdengar deruan kendaraan roda dua dan roda empat yang lewat. Rumah-rumah warga sekitar tampak sepi yang mengisyaratkan mereka larut dalam mimpi. Tak seorang pun tahu kalau di antara mereka ada yang memimpikan negeri ini atau mungkin mereka capeh dan atau mungkin otak kecil mereka penuh sesak oleh berbagai persoalan yang diderita bangsa ini.
Area pementasan teater terasa sepi di tengah desak-desakan penonton yang hadir. Sorot lampu utama pada panggung teater mengundang penonton larut dan terbang jauh ke dalam sabana keheningan. Sorot lampu utama yang serentak menampakkan pelaku utama di atas panggung serentak mengundang sorakan dan tepukan tangan yang meriah dari para penonton.
Sapaan awal pelaku utama yang tampak penuh wibawa membuat penonton terdiam. Kaum muda yang tampak menikmati acara teater tersebut tekun mendengarkan setiap kata dan ucapan yang dikeluarkan oleh pelaku utama. Sebentar-sebentar mereka bersorak dan memberikan tepukan tangan terhadap berbagai akting yang membuat para penonton tertawa.
Para penonton kembali terdiam pada setiap bagian di mana sang pelaku utama berbicara dengan suara yang kecil. Semakin kecil ia bersuara penonton pun semakin penasaran mendengarkan setiap kata yang diucapkannya. Mereka tampak tenang mendengarkan dan memetik pesan yang disampaikan dalam teater berjudul “Belum Ada Judul” tersebut.
Para penonton yang hadir dalam pementasan teater tersebut sangat senang dan bangga karena bisa mengangkat realitas dalam hidup masyarakat kita. Thirsa, seorang mahasiswi semester VI pada Universitas Nusa Nipa mengatakan bahwa indonesia yang sudah tidak terarah lagi benar-benar dikritik dalam teater tersebut, dan ia berpesan agar kaum muda Maumere tetap berjuang untuk bersatu.
Sementara itu Mr. Black, vokalis group band Revolution yang sering menyaksikan acara teater berkomentar bahwa, nilai seninya belum maksimal namun pesannya sangat jelas. Ia sendiri berpesan agar masyarakat menjadikan seni sebagai sebuah jalan keluar terhadap berbagai persoaloan hidup yang kita alami selama ini.
Penonton lain seperti Imelda yang sehari-hari bekerja di kantor bandara Waioti yang juga belum pernah menyaksikan acara serupa mengaku sangat senang. Lebih jauh ia mengatakan penampilan tokohnya sangat bagus dan ia mengharapkan agar kaum muda Maumere lebih menghargai seni.
Pater Dr. Kondrad Kebung, SVD selaku ketua STFK Ledalero mengaku sangat senang dan mendukung kreativitas mahasiswa, beliau mengharapkan kreasi mahasiswa mesti ditingkatkan dan memberi peluang yang banyak untuk mengekspresikan diri dan mendekatkan diri dengan masyarakat.
Para penonton yang hadir tampak gembira ketika mereka memahami persoalan utama yang ingin disampaikan dalam teater tersebut. Mereka seakan sepakat mengatakan bahwa negeri kita sedang tidak beres. Di mana-mana terjadi tindakan ketidakadilan yang memecahbelah kesatuan. Atas nama suatu kepentingan para penguasa menyulap ide rakyat yang pada gilirannya membawa orang pada perpecahan yang menodai semangat sumpah pemuda. Para penguasa lihai menipu rakyat yang mengancam persatuan yang sudah ditanamkan dan diikrarkan para pedahulu kita pada 28 Oktober 1928 yang lalu.
Teater ini mau mengatakan bahwa kita semua belum ada judul. Dengan ini kita ditantang untuk memiliki judul: untuk bangkit dan tampil bersatu menghadapi berbagai tantangan hidup dewasa ini.
Kita belum punya judul, kita belum punya bentuk, kita belum sungguh bangkit, dan kita belum sungguh-sungguh bersatu. Oleh karena itu kaum muda Maumere ditantang agar kita mempunyai judul, agar kita mempunyai bentuk, agar kita sungguh-sungguh bangkit, dan agar kita semakin bersatu.
Teater yang terdiri dari tiga babak tersebut mengungkap kenyataan dan serentak menawarkan harapan dalam diri kaum muda agar kita sungguh bangkit dalam kesatuan memperjuangkan kesatuan. Dengan demikian kita mempunyai dasar pijak hidup yang satu yang bernama Tanah Air Indonesia, supaya semua bahu-membahu bekerja sama dalam sebuah tubuh yang bernama Bangsa Indonesia, dan supaya semua dalam gerakan menuju tujuan yang satu dijiwai oleh Roh sama yang bernama Bangsa Indonesia. (habis).
***http://wwwbennyblogspotcom-benny.blogspot.com/


2. MENULIS BERITA
Apa itu berita? Secar singkat dapat dikatakan, berita merupakan informasi baru yang berguna dan diperlukan oleh masyarakt. Sebuah berita ditulis tidak hanya karena merupakan peristiwa besar. Lebih dari itu, berita disampaikan terutama melalui tulisan merupakan bagian dari kerja jurnalistik untuk menyampaikan informasi penting bagi masyarakat. Dengan informasi tersebut masyarakat bisa memahami apa yang terjadi di sekitarnya.
2.1. Jenis-jenis Berita
a). Headline News: berita langsung pada derajad yang paling ekstrim. Panjang berita ini hanya satu baris layar komputer dan hanya ada di media satelit. Dalam TV misalnya dalam bentuk breaking news.
b). Straight news: berita langsung. Ada dalam internet dan koran.
c). Features
d). Analisa berita: Kompas biasa menyebutnya tajuk dan terkadang opini penulis juga termasuk dalam jenis analisa berita.
e). Artikel Populer: Misalnya artikel bagaimana merawat rumah agar tetap indah, bagaimana mengelola uang jajan sehingga dapat membeli sebuah novel baru tanpa harus mengeluarkan anggaran khusus, bagaimana meawat velg sebuah kijang.
f). Opini: bukan produksi wartawan, melainkan dari masyarakat umum.
2.2. Syarat-syarat sebuah informasi disebut Berita
a). Aktual: dalam arti berita suatu objek yang baru terjadi dan menjadi perhatian masyarakat umum.
b). Berita yang dekat dengan pembaca (proksinitas): umumnya pembaca lebih merasa tertarik dengan sesuatu yang terjadi dengan tetangganya dari pada peristiwa di tempat lain.
c). Berita tentang nama besar
d). Peristiwa human interest (yang menggugah hati/perasaan seseorang)
e). Peristiwa Konflik: berita perang disenangi masyarakat, tetapi perangnya tidak disenangi.
f). Peristiwa yang berdampak besar: misalnya ketika gedung WTC dihancurkan oleh dua pesawat boeing 747.
2.3. Ada beberapa pilar penting dalam penulisan berita
1. Akurasi: Sebagai seorang wartawan, dia memiliki banyak kekuasaan. Apa yang ditulisnya bisa mempengaruhi keputusan orang lain. Tulisannya banyak dibaca oleh banyak orang. Taruhlah sebuah koran dengan oplag 200.000 eksemplar per hari maka berapa banyak orang yang membacanya. Dengan angka seperti itu pula, berapa banyak orang yang terpengaruh oleh laporan berita yang ditulis seorang jurnalis. Oleh sebab itulah maka akurasi, ketepatan menulis berita haris bisa ditegakkan. Akurasi dalam nama, tempat, peristiwa, waktu dan keterangan saksi dalam berita itu menjadi pilar penting. Tanpa akurasi, media massa tidak dapat dipercaya. Jika tidak dapat dipercaya maka akan ditinggalkan pembacanya, media itu pun tinggal menunggu mati. Sekali lagi akurasi adalah penting sekali dalam sebuah berita.
2. Jelas: Berita yang diturunkan sebuah media berfungsi memaparkan dengan jelas sebuah berita. Jelas itu bisa tercermin dari kalimat-kalimat yang pendek. Pilihan kata yang tepat serta urutan yang logis. Berita tidak meloncat-loncat tetapi terurut rapi. Tentu saja bukan hal yang mudah menurunkan berita yang jelas tetapi juga bernilai bagi pembacanya. Kejelasan itu juga tidak menghilangkan daya tarik sebuah berita untuk dibaca. Jelas disini juga tidak mengorbankan gaya dari penulisan berita. Prinsip penulisan 5 W dan 1 H akan memberikan landasan dalam penulisan berita.
3. Gaya: Seorang penulis berita tentu bukan seorang yang berperan sebagai sastrawan dengan penulisan non fiksi. Berita didasarkan pada fakta-fakta yang jelas. Berita merupakan laporan atas peristiwa aktual. Namun tidak menghilangkan kesempatan untuk tetap menuangkan berita dalam gaya yang menarik. Sebuah berita bisa membangkitkan harapan, kesedihan, tertawa atau juga rasa gemas. Berita yang ditulis dengan style tetapi tetap berprinsipkan pada akurasi dan kejelasan akan memperkaya para pembacanya. Berita tidak semata-mata tulisan asal jadi dengan memenuhi kriteria pemberitaan. Berita yang ditulis juga pada tingkat tertentu seharusnya juga menjadi semacam karya tulis bernilai seni.
2.4. Beberapa Tekhnik Menulis Berita:

Menulis adalah pekerjaan seni. Pelukis terkenal Sudjojono pernah ditanya seseorang, "Bagaimana Anda melukis?" Sudjojono malah balik bertanya, "Apakah saudara punya buku panduan naik sepeda?" Begitulah. Menulis berita pun tak jauh beda dengan pekerjaan melukis.

Namun, karena berita menyajikan fakta-fakta, ada kaidah-kaidah tertentu yang tak boleh ditinggalkan seorang wartawan. Ada begitu banyak buku panduan dan teknik menulis berita yang sudah diterbitkan yang ditulis wartawan senior, meski pokok-pokoknya mengacu pada satu hal. Jika pun makalah ini ditulis, hanya sedikit pokok-pokok yang bisa dijelaskan, karena menulis berita tidak mungkin diuraikan secara sistematis.

Berbeda dengan majalah yang sifat beritanya lebih analisis, berita keras tidak boleh beropini. Sehingga tulisan hanya menyajikan fakta-fakta. Dan waktu juga menjadi perhatian lainnya. Berita majalah berbentuk feature berita sehingga sifanya tidak tergantung waktu. Sedangkan koran yang terbit harian sifat beritanya pun terbatas oleh waktu. Esok harinya, sudah ada berita baru sebagai perkembangan berita sebelumnya. Apalagi media dotcom yang melaporkan perkembangan dari jam ke jam bahkan dari menit ke menit. Di sini hanya akan dibatasi menulis berita keras.

1. Judul:
1. Judul berita sebisa mungkin dibuat dengan kalimat pendek, tapi bisa menggambarkan isi berita secara keseluruhan. Pemberian judul ini menjadi penentu apakah pembaca akan tertarik membaca berita yang ditulis atau tidak.

2. Menggunakan kalimat aktif agar daya dorongnya lebih kuat. Seorang penulis novel terkenal, Stephen King, pernah mencemooh penulis yang menggunakan kalimat aktif. "Kalimat pasif itu aman," kata King. Mungkin benar, tapi memberi judul berita bukan soal aman atau tidak aman. Judul aktif akan lebih menggugah. Bandingkan misalnya judul "Suami Istri Ditabrak Truk di Jalan Tol" dengan "Truk Tronton Tabrak Suami Istri di Jalan Tol". Judul kedua, rasanya, lebih hidup dan kuat. Namun pemberian judul aktif tidak baku. Ada judul berita yang lebih kuat dengan kalimat pasif. Biasanya si subyek berita termasuk orang terkenal. Misalnya judul "Syahril Sabirin Divonis 3 Tahun Penjara."

3. Persoalan judul menjadi menarik seiring munculnya media berita internet. Memberi judul untuk koran yang waktunya sehari tidak akan memancing pembaca jika mengikuti peristiwa yang terjadi, karena peristiwa itu sudah basi dan ditulis habis di media dotcom. Memberi judul untuk koran sebaiknya memikirkan dampak ke depan. Misalnya, judul "Syahril Sabirin Divonis 3 Tahun Penjara."

Bagi koran yang terbit esok pagi, misalnya, judul ini basi karena media dotcom dan radio (juga) televisi, sudah memberitakannya begitu vonis dijatuhkan. Untuk mengetahui dampak ke depan setelah vonis dijatuhkan, wartawan yang meliput harus kerja lebih keras. Misalnya dengan bertanya ke sumber-sumber dan Syahril sendiri soal dampak dari vonis itu.

Pembaca, tentu saja ingin tahu perkembangan berikutnya pada pagi hari setelah mendengar berita tersebut dari radio, televisi dan membaca internet malam sebelumnya. Namun, soal judul untuk koran dan media dotcom dengan cara seperti ini masih menjadi perdebatan. Karena judul "Syahril Sabirin Divonis..." masih kuat ketika ditulis esok harinya. Ini hanya soal kelengkapan saja. Jika dotcom dan media elektronik hanya membuat breaking news-nya saja, koran-karena mempunyai waktu tenggat lebih lama-bisa melengkapi dampak-dampak tersebut di tulisannya, meski memakai judul yang sama.

2. Lead:
1. Selain judul, lead bisa menjadi penentu seorang pembaca akan melanjutkan bacaannya atau tidak. Sehingga beberapa buku panduan menulis berita menyebut lebih dari 10 lead yang bisa dipakai dalam sebuah berita. Namun, hal yang tak boleh dilupakan dalam menulis lead adalah unsur 5W + 1H (Apa/What, Di mana/Where, Kapan/When, Mengapa/Why, Siapa/Who dan Bagaimana/How) . Pembaca yang sibuk, tentu tidak akan lama-lama membaca berita. Pembaca akan segera tahu apa berita yang ditulis wartawan hanya dengan membaca lead. Tentu saja, jika pembaca masih tertarik dengan berita itu, ia akan melanjutkan bacaannya sampai akhir. Dan tugas wartawan terus memancing pembaca agar membaca berita sampai tuntas.

2. Lead terkait dengan peg atau biasa disebut pelatuk berita. Seorang reporter ketika ditugaskan meliput peristiwa harus sudah tahu "pelatuk" apa yang akan dibuat sebelum menulis berita. Pelatuk berbeda dengan sudut berita. Ada satu contoh. Misalkan seorang reporter ditugaskan meliput banjir yang merendam ratusan rumah dan warga mengungsi. Yang disebut sudut berita adalah peristiwa banjir itu sendiri, sedangkan peg adalah warga yang mengungsi. Mana yang menarik dijadikan lead? Anda bisa memilih sendiri. Membuat lead soal mengungsi mungkin lebih menarik dibanding banjir itu sendiri. Karena ini menyangkut manusia yang secara langsung akan berhubungan dengan pembaca. Berita lebih menyentuh jika mengambil lead ini. Manusia, secara lahiriah, senang menggunjingkan manusia lain.


3. Badan Berita:
1. Penentuan lead ini juga membantu reporter menginventarisasi bahan-bahan berita. Sehingga penulisan berita menjadi terarah dan tidak keluar dari lead. Inilah yang disebut badan berita. Ada hukum lain selain soal unsur pada poin 1 tadi, yakni piramida terbalik. Semakin ke bawah, detail-detail berita semakin tidak penting. Sehingga ini akan membantu editor memotong berita jika space tidak cukup tanpa kehilangan pentingnya berita itu sendiri.

2. Untuk lebih mudahnya, susun berita yang berawal dari lead itu secara kronologis. Sehingga pembaca bisa mengikuti seolah-olah berita itu suatu cerita. Teknik ini juga akan membantu reporter memberikan premis penghubung antar paragraf. Hal ini penting, karena berita yang melompat-lompat, selain mengurangi kejelasan, juga mengurangi kenyamanan membaca.

3. Cek dan ricek bahan yang sudah didapat. Dalam berita, akurasi menjadi hal yang sangat penting. Jangan sungkan untuk menanyakan langsung ke nara sumber soal namanya, umur, pendidikan dan lain-lain. Bila perlu kita tulis di secarik kertas lalu sodorkan ke hadapannya apakah benar seperti yang ditulis atau tidak. Akurasi juga menyangkut fakta-fakta. Kuncinya selalu cek-ricek-triple cek.

4. Bahasa:
1. Bahasa menjadi elemen yang penting dalam berita. Bayangkan bahwa pembaca itu berasal dari beragam strata. Bahasa yang digunakan untuk berita hendaknya bahasa percakapan. Hilangkan kata bersayap, berkabut bahkan klise. Jika narasumber memberikan keterangan dengan kalimat-kalimat klise, seorang reporter yang baik akan menerjemahkan perkataan narasumber itu dengan kalimat-kalimat sederhana. Tentu saja kita tidak mengerti jargon-jargon yang seperti, "Disiplin Mencerminkan Kepribadian Bangsa" yang ditulis besar-besar pada spanduk. Siapa yang peduli bangsa? Berita yang bagus adalah berita yang dekat dengan pembaca.

2. Menulis lead yang bicara. Untuk mengujinya, bacalah lead atau berita tersebut keras-keras. Jika sebelum titik, nafas sudah habis, berarti berita yang dibuat tidak bicara, melelahkan dan tidak enak dibaca. Ada buku panduan yang menyebut satu paragraf dalam sebuah berita paling panjang dua-tiga kalimat yang memuat 20-30 kata. Untuk menyiasatinya cobalah menulis sambil diucapkan.

3. Berita yang bagus adalah berita yang seolah-olah bisa didengar. Prinsipnya sederhana, makin sederhana makin baik. Seringkali reporter terpancing menuliskan berita dengan peristiwa sebelumnya jika berita itu terus berlanjut, sehingga kalimat jadi panjang. Untuk menghindarinya, jangan memulai tulisan dengan anak kalimat atau keterangan. Agar jelas, segera tampilkan nilai beritanya.

4. Menghidari kata sifat. Menulis berita dengan kata sifat cenderung menggurui pembaca. Pakailah kata kerja. Menulis berita adalah menyusun fakta-fakta. Kata "memilukan", misalnya, tidak lagi menggugah pembaca dibanding menampilkan fakta-fakta dengan kata kerja dan contoh-contoh. Tangis perempuan itu memilukan hati, misalnya. Pembaca tidak tahu seperti apa tangis yang memilukan hati itu. Menuliskan fakta-fakta yang dilakukan si perempuan saat menangis lebih bisa menggambarkan bagaimana perempuan itu menangis. Misalnya, rambutnya acak-acakan, suaranya melengking, mukanya memerah dan lain-lain. "Don't Tell, But Show!"

5. Menuliskan angka-angka. Pembaca kadang tidak memerlukan detail angka-angka. Kasus korupsi seringkali melibatkan angka desimal. Jumlah Rp 904.775.500, lebih baik ditulis "lebih dari Rp 904 juta atau lebih dari Rp 900 juta".

6. Jangan pernah menganggap pembaca sudah tahu berita yang ditulis. Dalam menulis berita seorang reporter harus menganggap pembaca belum tahu peristiwa itu, meski peristiwanya terus berlanjut dan sudah berlangsung lama. Tapi juga jangan menganggap enteng pembaca, sehingga timbul kesan menggurui. Menuliskan ekstrak peristiwa sebelumnya dalam berita dengan perkembangan terbaru
menjadi penting.

Panduan ini tidak mutlak untuk menulis berita. Masih banyak hal yang belum dijelaskan di sini. Hal paling baik bisa menulis berita yang enak dibaca adalah mencobanya. Jadi, selamat mencoba.

http://ahmadzamroni.multiply.com/journal/item/6 dan KWI, Menulis itu mewartakan, 2004.





Contoh Berita:

Seminari ST Paulus Ledalero Genap 71 Tahun

Laporan Gerardus Manyela

MAUMERE, PK-- Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero Maumere memasuki usia ke-71 tahun, Senin (8/9/2008). Jika disamakan dengan manusia, usia ini merupakan suatu usia yang sangat panjang. Tujuh puluh satu tahun yang lalu para misionaris Eropa membangun sebuah rumah yang menjadi tempat pembentukan calon-calon imam misionaris. Para misionaris datang dengan suatu intensi untuk dapat mengenal budaya masyarakat Flores dan mewartakan injil.

Seperti dilaporkan Benny Obon, Senin (8/9/2008), dengan mengenal budaya masyarakat tersebut, para misionaris menarik hati masyarakat. Perkenalan yang semakin mendalam dengan masyarakat menjadi terang bagi para misionaris untuk selanjutnya mendirikan rumah pembentukan para calon imam misionaris. Rumah pembentukan tersebut dikenal dengan nama 'seminari'. Nama 'seminari' itu sendiri diberikan oleh para misionaris, dan kata tersebut berasal dari kata kerja bahasa latin seminare yang berarti menabur.

Nama yang indah itu menjadi kebanggaan masyarakat Flores khususnya dan masyarakat beragama katolik pada umumnya. Nama seminari itu kemudian digabungkan dengan nama tempat Ledalero yang kemudian menjadi Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Nama Ledalero itu sendiri diambil dari bahasa Maumere: Ledalero yang berarti bukit sandar matahari. Bukit sandar matahari yang dulu dikenal sangat angker dan menakutkan inilah yang menjadi tempat tumbuh dan berkecambahnya benih-benih kasih. Bukit sandar matahari ini disulap menjadi sangat indah yang membuat para konfrater merasa at home. Di sinilah cinta para calon imam misionaris dibentuk, dibimbing, digembleng, dibalut dan dibangun dalam nuansa persaudaraan dengan semangat dan spiritualitas Societas Verbi Divini (SVD).

Semangat internasionalitas yang ditanamkan St. Arnoldus Janssen menjadi ciri khas yang sangat nampak. Pada usianya yang ke-71 tahun ini, Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero tampil semakin kokoh. Seminari yang menjadi bukit sandar matahari ini juga menjadi bukit bersandar bagi ratusan karyawan-karyawati yang turut membangun seminari ini. Segala suka dan duka dialami dan dirasakan oleh setiap penghuni bukit Ledalero. Pengalaman jatuh dan bangun turut dialami oleh seminari ini.(*/gem)

http://www.pos-kupang.com/main/cont.php?content=file_detail&jenis=18&idnya=7554&detailnya=1

0 komentar: